Kamis, 23 Juni 2016

Makalah Manusia dan Tanggung Jawab - Ilmu Budaya Dasar



BAB I
PENDAHULUAN

A.   Latar Belakang
Hidup manusia disamping sebagai makhluk Tuhan dan makhluk individu, juga merupakan makhluk sosial, hidup dalam lingkungan masyarakat. Di dalam interaksi sosial manusia diberi tanggung jawab, disamping hal tersebut manusia juga memiliki kewajiban yaitu dituntut adanya pengabdian dan pengorbanan.
Seseorang akan bertanggung jawab karena adanya kesadaran atau adanya keinsyafan atau pengertian atas segala perbuatan atau akibat atas kepentingan pihak lain. Kesadaran atau keinsyafan bersumber pada unsur-unsur budayadalam diri manusia. Sebagai makhluk yang beradab dan berbudaya manusia menilai dan dinilai. Oleh sebab itu manusia seharusnya menyadari atau mnginsyafi bahwa perbuatan dan akibatnya itu benar atau tidak benar, patut atau tidak patut, baik atau tidak baik, dan harus berdasarkan pertimbangan-pertimbangan sebelumnya.
Timbulnya tanggung jawab justru karena manusia itu hidup bermasyarakat dan hidup dalam lingkungan alam. Manusia tidak boleh berbuat semaunya, segala apa yang akan dilakukannya terikat oleh norma, manusia menciptakan keseimbangan, keserasian, keselarasan antara sesama manusia dan antara manusia dan lingkungannya. Apabila yang sebaliknya terjadi, manusia wajib menanggung, memikul beban, memenuhi segala akibat,atau jika menyangkut kepentingan pihak lain atau lingkungsn hidup, manusia memiliki kerelaan mengabi atau berkorban, sehingga keseimbanga, keserasian, keselarasan dapat dipulihkan kembali.
Tanggung jawab itu bersifat kodrati, artinya sudah menjadi bagian hidup manusia, bahwa setiap manusia dibebani dengan tanggung jawab. Apabila dia tidak mau bertanngung jawab maka ada pihak lain, yang memaksakan tanggung jawab itu. Dengan demikian tanggung jawab itu dapat dilihat dari dua sisi, yaitu sisi pihak yang berbuat dan dari sisi kepentingan pihak lain. Dan sisi pembuat ia harus menyadari akibat perbuatannya itu, dengan demikian tanggung jawab harus mengembalikan ke dalam keadaan yang baik. Dari sisi pihak lain apabila si pembuat tidak mau bertanggung jawab, pihak lain akan mengembalikan (memulihkan) baik dengan cara individual maupum dengan cara kemasyarakatan.
Apabila dikaji, tanggung jawab itu adalah kewajiban atau beban yang harus dipikul atau dipenuhi sebagai akibat dari perbuatan pihak yang berbuat, atau akibat dari perbuatan pihak lain, atau sebagai pengabdian, pengorbanan pihak lain.
Kewajiban atau beban itu ditujukan untuk kebaikan pihak yang berbuat itu sendiri atau pihak lain. Dengan demikian keseimbangan, keserasian, keselarasan antar sesama manusia dan lingkungan antara manusia dan Tuhan selalu terpelihara dengan baik.
Tanggung jawab adalah ciri manusia beradab. Manusia merasa adanya tanggung jawab karena ia menyadari akibat baik atau buruk perbuatannya itu, dan menyadari pula bahwa pihak lain memerlukan pengabdian atau pengorbannya untuk memperoleh atau meningkatkan kesadaran bertanggung jawab perlu ditempuh usaha melalui pendidikan, penyuluhan, keteladanan, dan taqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa.
Pada dasarnya manusia dan tanggung jawab itu berada dalam satu naungan atau berdampingan. Tanggung Jawab juga berati berbuat sebagai wujudan atas perbuatannya. Setiap manusia memiliki tanggung jawab masing-masing. Diantaranya tanggung jawab seorang pelajar atau mahasiswa akan belajar, tanggung jawab seorang dosen kepada mahasiswa atau mahasiswinya, tanggung jawab seorang presiden kepada negara dan rakyatnya, tanggung jawab seorang ayah kepada istri dan anak-anaknya, dan tanggung jawab manusia kepada Tuhan yang telah Menciptakan kita.








B.   Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah diatas penulis dapat merumuskan beberapa rumusan masalah antara lain:
1.      Apa pengertian dari tanggung jawab?
2.      Bagaimana cara mengabdikan diri kepada Allah SWT?
3.      Mengapa rasa tanggung jawab itu perlu diwujudkan?
4.      Kapan manusia mulai bertanggung jawab terhadap keluarga?

C.   Tujuan Penulisan
Tujuan dalam penulisan makalah ini adalah sebagai berikut:
1.      Untuk mengetahui pengertian tanggung jawab.
2.      Untuk mengetahui hubungan manusia dan tanggung jawab.
3.      Untuk mengetahui contoh tanggung jawab dalam kehidupan.
4.      Untuk mengetahui macam-macam tanggung jawab.

















BAB II
PEMBAHASAN

A.   Pengertian Tanggung Jawab
Menurut kamus Ensiklopedi Umum Bahasa Indonesia “Tanggung Jawab” adalah “kewajiban dalam melakukan tugas teretntu”.[1]
Menurut WJS. Poerwodarminto, tanggung jawab adalah suatau yang menjadi kewajiban (keharusan) untuk dilaksanakan, dibahas dan sebagaimya. Sedangkan menurut Drs. Suyadi MP dalam bukunya Ilmu Budaya Dasar menyatakan bahwa “Tanggung Jawab adalah kesadaran manusia akan tingkah laku atau perbuatannya yang disengaja maupun yang tidak disengaja, tanggung jawab juga berarti berbuat sebagai perwujudan kesadaran akan kewajiban”.
            Dengan demikian apabila terjadi sesuatu maka seseorang yang dibebani tanggung jawab wajib menanggung segala sesuatunya. Oleh karena itu manusia yang bertanggung  jawab adalah manusia yang dapat menyatakan diri sendiri bahwa tindakannya itu baik dalam arti mengkuti norma umum, sebab hak menurut seseorang belun tentu baik menurut pendapat orang lain, apa yang dikatakan baik menurut dirinya ternyata ditolak oleh oraang lain.[2]
            Manusia dapat memilih dua jalan (baik atau buruk), tetapi manusia sendiri yang harus mempertannggung jawabkan perbuatannya. Manusia tidak membebani orang lain untuk memikul dosanya, tidak juga orang lain dipikulkan keatas pundaknya. Tanggung jawab tersebut akan dimintai pertanggung jawaban apabila telah memenuhi syarat-syarat tertentu seperti pengetahuan, kemampuan, dan kesadaran.
            Hal ini sesuai dengan firman Allah SWT yang terdapat dalam QS. Al-An’am ayat 164:

           




Artinya: “Katakanlah: Apakah aku akan mencari Tuhan selain Allah SWT. Padaha Dia adalah Tuhan bagi segala sesuatu. Dan tidaklah seorang membuat dosa melainkan kemudharatannya kembali kepada dirinya sendiri, dan seorang yang berdosa tidak akan memikul dosa orang lain. Kemudian kepada Tuhanmu lah kamu kembali, dan akan diberitakannya kepadamu apa yang kamu perselisihkan.
           
Adanya definisi lain dalam kasus bahasa Inggris dimana tanggung jawab  memiliki definisi sebagai berikut:
Responsibility : having the character of a free moral agent capable of determining one’s own acts, capable of deterred by concideration of sanction or consequences.
            Definisi tersebut memberikan pengertian yang dititik beratkan kepada manusia sebagai berikut:
1.      Harus ada kesanggupan untuk menetapkan sikap terhadap sesuatu perbuatan.
2.      Harus ada kesanggupan untuk memikul resiko dari sesuatu perbuatan.

Bila pengertian tersebut dianalisa lebih luas akan kita dapati bahwa dalam kata “having the characters” itu dituntut sebagai suatu keharusan akan adanya pertanggung jawaban karakter moral. Karakter disini merupakan nilai-nilai dari perbuatan. Konsekuensi selanjutnya berarti bahwa terhadap suatu perbuatan hanya ada alternatif penilaian, yaitu: mnegetahui adanya tanggung jawab, atau mengetahui tidak adanya tanggung jawab.[3]
Dalam filsafah hidup, nilai dari tanggung jawab itu dijadikan sebagai salah satu kriteria dari kepribadian atau personality seseorang. Praktek dari kehidupan sehari-hari menunjukkan bahwa tidak sedikit jumlah orang yang diserahi tugas sebagai pimpinan: apakah itu sebagai kepala rumah tangga, bos perusahaan, direktur badan usaha, dan lain sebagainya.
Dari segi filsafah, suatu tanggung jawab itu paling sedikit didukung oleh tiga unsur, yaitu sebagai berikut:
1.      Kesadaran
Berisi pengertian: tahu, kenal,mengerti dan dapat memperhitungkan arti, guna sampai kepada soal akibat dari pada sesuatu perbuatan atau pekerjaan yang dihadapi. Seseorang baru dapat dimintai tanggung jawab, bila ia sadar tentang apa yang diperbuatnya.
2.      Kecintaan
Cinta suka menimbulkan kepatuhan, kerelaan dan kesedihan untuk berkorban. Contohnya: cinta kepada Allah SWT, cinta kepada keluarga, cinta kepada tanah air, dan lain sebagainya.
3.      Keberanian
Berani berbuat, berani bertanggung jawab. Berani disini didorong oleh rasa keikhlasan, tidak bersikap ragu-ragu dan takut terhadap segala macam rintangan yang timbul kemudia sebagai konsekuensi dari tindak perbuatan. Karena adanya tanggung jawab itulah, maka seseorang yang berani, juga memerlukan adanya pertimbangan-pertimbangan, perhitungan dan kewaspadaan sebelum bertindak, jadi tidak berlaku semena-mena. Dipikirkan terlebih dahulu dengan akal sehatnya.[4]




B.   Macam-macam Tanggung Jawab
Manusia itu berjuang memenuhi keperluannya sendiri atau keperluan pihak lain. Untuk itu dia menhadapi manusia lain dalam masyarakat atau menghadapi lingkungan alam. Dalam usahanya itu manusia juga menyadari bahwa adanya kekuatan lain yang ikut menentukan yaitu kekuasaan Allah SWT. Dengan demikian tanggung jawab itu dapat dibedakan menurut keadaan manusia atau hubungan yang dibuatnya. Atas dasar itu lalu dikenal beberapa jenis tanggung jawab yaitu sebagai berikut:
1.      Tanggung jawab terhadap diri sendiri
Tanggung jawab terhadap diri sendiri menuntut kesadaran setiap orang untuk memenuhi kewajibannya sendiri dala mengembangkan kepribadian sebagai manusia pribadi. Dengan demikian diharapkan dapat memecahkan masalah-masalah kemanusiaan mengenai dirinya sendiri.
2.      Tanggung jawab terhadap manusia atau masyarakat
Tanggung jawab terhadap manusia atau masyarakat menuntut adanya kesadarn manusia untuk memenuhi kewajibannya dalam hubungan hidup berasyarakat. Kewajiban itu meliputi kewajiban dalam hubungan antara individu dan individu, hubungan antara individu dan masyarakat. Dalam hubungan antara individu dan individu selalu dituntut keseimbangan antara kewajiban yang dipenuhi dan hak yang diperolehnya. Tetapi dalam hubungan antara individu dan masyarakat bukan hanya keseimbangan kewajiban dan hak, melainkan juga dituntut pengorbanan atau pengabdian demi terciptanya keseimbangan atau keselarasan antara individu dan masyarakat (sebagai kesatuan dan individu).
Karena itu diharapkan ada kesadaran manusia untuk memecahkan masalah-masalah kemanusiaan dan masalah-masalah sosial. Masalah-masalah kemanusiaan misalnya korban bencana alam, korban perang, bahaya kelaparan, dan masalah-masalah kecil lainnya yang memerlukan bantuan.

3.      Tanggung jawab terhadap lingkungan
Tanggung jawab terhadap lingkungan menuntut kesadaran manusia untuk memenuhi kewajibannya atau pengorbanannya dalam membina dan melestarikan lingkungan hidup yang baik, teratur, dan sehat. Dengan demikian diharapkan manusia dapat memecahkan masalah lingkungan hidup yang berpengaruh pada nilai kemanusiaan. Misalnya kesadarn dalam mengatasi masalah sampah, saluran pembuangan air, binantang, hutan, dan lain sebagainya.
4.      Tanggung jawab terhadap Tuhan
Tanggung jawab terhadap Tuhan menuntut kesadarn manusia untuk memenuhi kewajiban atau pengabdian terhadap Tuhan Yang Maha Esa. Sebagi makhluk ciptaan Tuhan, manusia haruslah bersyukur kepada Tuhan atau karunia-Nya menciptakan manusia dan memberikan rezeki kepadanya. Karena itu manusia mengabdi kepada Tuhan, dan mengabdi itu wujud tanggung jawab kepada Tuhan.
Tanggung jawab itu dapat diketahui wujudnya apabila sudah dinyatakan dengan perbuatan yang menghasilkan kematangan pribadi suasana keseimbangan atau keselarasan antar manusia. Perbuatan itu selalu didasari oleh kesadaran. Kesadaran artinya sengaja karena dikehendaki. Perbuatan itu berupa pemenuhan kewajiban, pengabdian dan pengorbanan. Dengan demikian dapat dinyatakan bahwa untuk mengetahui adanya tanggung jawab atau tidak ada pada seseorang dapat diamati memalui kewajiban, pengabdian, pengorbanan dan suasana yang dihasilkan.
Apabila ada pemenuhan kewajiban, pengabdian, pengorbanan menghasilkan suasana kematangan pribadi, keseimbangan atau keselarasan antara manusia disitu ada tanggung jawab. Tidak bertanggung jawab atau penyelewengan didasari oleh kesadaran atau ketidaksadaran. Kesadaran artinya sengaja atau dikehendaki. Ketidaksadaran artinya tidak disengaja karena tidak dikehendaki.

Bertanggung jawab berarti memfungsionalkan sifat-sifat manusia untuk mempertahankan nilai-nilai pribadi yang luhur, serta dapat menundukkan nilai harga diri manusia sebagai manusia. Seorang filsuf asalah yunani Robert Darkson menyatakan bahwa” nilai seorang tukang rumput yang dapat melakukan kewajibannya dengan baik, jauh lebih berharga dari pada seorang maharaja yang lalai dari pada tanggung jawab”.
Sudah diuraikan sebelumnya bahwa wujud tanggung jawab terdapat berbagai macam makna dimana didalamnya mengandung pengertian adanya kewajiban untuk berbuat sesuatu. Jadi tanggung jawab adalah keadaan manusia akan segala tingkah laku dan perbuatannya. Selanjutnya manusia berkewajiban untuk berbuat sesuatu yang menjurus kepada pengabdian, kesadaran akan hak, kewajibannya dan akhirnya wajib berkorban demi cintanya kepada keluarga, bangsa, negara, agama, serta lingkungannya. Jadi disamping tanggung jawab perlu pula diwujudkan suatu tindakan dimana pengabdian, pengorbanan dan kesadaran akan semua hal yang perlu dipupuk sendiri mungkin.[5]

C.   Pengabdian
Pengabdian adalah perbuatan baik yang berupa pikiran pendapat ataupun tenaga sebagai perwujudan kesetiaan mungkin kepada pimpinan, cinta, kasih sayang, hormat, atau suatu ikatan dimana semuanya itu dilakukan dengan penuh ikhlas.
Timbulnya pengabdian pada hakikatnya adanya rasa tanggung jawab. Contohnya: apabila kita bekerja keras pagi sampai sore dibeberapa tempat, untuk mencukupi kebuuhan rumah tangga kita, itu berarti mengabdi kepada keluarga, karena kasih sayang kita kepada keluarga. Dalam hal ini dibedakan antara bantuan dan pengabdian. Kalau bantuan mungkin hanya berupa membantu mengantarkan teman ke kantor atau membantu tenaga untuk keperluan peta kawan. Pengabdian dapat dibedakan menjadi:
1.      Pengabdian kepada keluarga
Pada hakikatnya manusia hidup berkeluarga dan sudah tentu dalam kehidupan keluarga tersebut didasarkan pada cinta dan kasih sayang. Kasih sayang itu mengandung pengertian pengabdia dan perngorbanan. Apabila ada kasih sayang tidak disertai pengabdian, maka kasih sayang itu palsu atau semu. Pengabdian kepada keluarga ini dapat berupa pengabdian kepada anak-istri, istri kepada suami dan anak-anaknya, atau anak-anak kepada orang tuanya.
2.      Pengabdian kepada masyarakat
Manusia sebagai anggota masyarakat tidak dapat hidup tanpa bantuan orang lain, setiap orang saling membutuhkan, tolong menolong baik secara sadar maupun tanpa disadari. Tolong menolong antr individu maupun dengan masyarakat dapat dengan imbalan atau mungkin tanpa imbalam atau karena kewajibannya. Bila seseorang yang hidup di masyarakat tidak mau memasyarakatkan dirinya dan selau mengasingkan diri, maka apabila mengalami kesulitan yang luar biasa ia akan ditertawakan oleh masyarakat. Cepat atau lambat ia akan menyadari dan menyerah kepada masyarakat lingkungannya.
 Oleh karena itu demi masyarakat, anggota masyarakat harus mau mengabdikan diri kepada masyarakat. Ia harus memiliki rasa tanggung jawab kepada masyarakat lingkungannya. Oleh sebab itu baik tempat tinggal membawa nama baik pula. Ulah atau tindakan baik buruknya warga akan menyangkut juga nama baik tempat tinggal dan lingkungannya.

3.      Pengabdian kepada negara
Negara merupakan lembaga msyarakat yang terbesar, sedangkan masyarakat pada hakikatnya adalah bagian dari suatu bangsa atau warga negara suatu negara. Karena itu seseorang wajib mencintai bangsa dan negaranya. Mencintai ini biasanya diwujudkan dalam bentuk pengabdian. Tidaklah ada cinta tanpa adanya pengabdian. Orang Inggris misalnya sampai-sampai mempunya suatu semangat mengabdi yang diwujudkan dalam kata-kata yang fanatik “right or wrong my country”, dimana yang dimaksudkan “benar atau salah adalah negara saya”. Masih banyak lagi contoh mengabdikan diri kepada bangsa dan dalam kehidupan.
4.      Pengabdian kepada Tuhan
Manusia sebagai amkhluk Tuhan tidak ada eksitensinya dengan sendirinya, tetapi keberadaan di dunia ini adalah sebagai makhluk ciptaan Tuhan. Sebagai ciptaan Tuhan sudah tentu manusia wajib mengabdi kepada Tuhan. Pengabdian berarti penyerahan diri sepenuhnya kepada Tuhan, dan hal itu merupakan perwujudan tanggung jawab kepada Tuhan Yang Maha Esa. Semuanya itu direalisasikan dalam wujud-wujud nyata seperti: rumah ibadah dan produk-produk budaya yang berbagai macam wujudnya seperti syair, nyanyian, lukisan dan lain sebaginya.[6]

D.   Pengorbanan
Pengorbanan berasal dari kata korban yang artinya memberikan secara ikhlas dalam wujud-wujud tertentu seperti: harta, benda, waktu, tenaga pikiran bahkan mungkin nyawa demi cintanya atau ikatannya dengan sesuatu demi kesetiaan, kebenaran.
Perbedaan antara pengertian pengabdian dan pengorbanan tidaklah begitu jelas. Karena adanya pengabdian tentua adanya pengorbanan. Antara sesama teman sulit untuk dikatakan pengabdian karena kata pengabdian mengandung arti lebih tinggi. Tetapi kata pengorbanan dapat juga diterapkan kepada sesama teman.
Pengorbanan merupakan akibat dan pengabdian. Pengorbanan dapat berupa harta benda, pikiran, perasaan, bahkan dapat juga berupa jiwa atau nyawa. Pengorbanan diserahkan secara ikhlas tanpa adanya rasa pamrih, perjanjian, tanpa ada transaksi, kapan saja diperlukan.
Karena manusia itu bukan hanya merupakan pribadi, tetapi juga berkeluarga, berasyarakat, merupakan bangsa suatu negara dan juga sebagai makhluk ciptaan Allah SWT. Maka dari pada itu pengorbanan dapat dibedakan menurut beberapa jenis yaitu: penorbanan kepada keluarga, masyarakat, bangsa, negara, kebenaran dan kepada agama.

E.   Kesadaran
Kesadaran adalah keinsyafan akan perbuatannya. Sadar artinya merasa, tahu atau ingat (kepada keadaan yang sebenarnya), keadaan ingat akan dirinya, ingat kembali (dari pingsan), siuman (bangun dari tidur), ingat, tahu dan mengerti, misalnya rakyat telah sadar akan politik.
Jadi kesadarn adalah hati yang telah terbuka atau pikiran dan perasaan dimana telah terbuka tentang apa yang telah dikerjakannya. Namun pengertian kesadarn dalam hal ini hanyalah dibatasi pada kesadaran moral ini sangat penting bagi kehidupan manusia. Hal ini tidak berarti bahwa kesadaran yang lain tidak penting misalnya: kesadaran berpolitik, kesadaran betapa pentingnya setiap orang dapat membaca, kesadaran mahasiswa akan belajar, kesadarn pergi ke kantor tidak terlambat, kesadaran bekerja sebaik-baiknya, dan sebagainya. Kesadran itu juga penting bagi manusia, karena tanpa kesadarn orang akan mengalami kepincangan dalam hidupnya.
Kesadarn moral dikatakan merupakan keterbukaan hati atau pikiran akan menghargai hak-hak dan kewajiban orang lain, untuk berbuat yang tidak melanggar hak dan kewajiban orang lain atau berbuat yang tidak menyenangkan atau membahagiakan orang lain, atau untuk berbuat sesuai dengan kata hati.
Banyak jenis kesadaran yang dialami oleh manusia. Kesadaran akan harga diri, kesadaran akan tanggung jawabnya kepada keluarga, kesadaran atau kewajibannya kepada negara, Tuhan dan sebagainya. Kesadaran dan tidak ada kesadaran ini saling ganti mengisi kehidupan manusia. Oleh karena itu kesadaran dan ketidaksadaran ini dapatlah dikatakan tak terlepas dari kehidupan manusia, maka kesadaran itu banyak menimbulkan daya kreativitas para seniman. Hampir semua hasil seni lahir dari inspirasi adanya kesadaran dan ketidaksadaran manusia.
Ada juga mungkin suatu perbuatan salah yang tidak disadari. Pada umumnya orang menyadari perbuatannya yang tidak baik. Disebut tidak baik karena merugikan orang lain. Akan tetapi mungkin juga terjadi suatu perbuatan yang dilakukan tanpa disadari merugikan orang lain, mungkin dilakukan dengan maksud baik tetapi tidak mau menyadari kalau berbuat salah, sehingga mungkin orang berbuat menurut dorongan nafsu jahatnya.
Kesadaran moral amatlah penting untuk diperhatikan, karena pelanggaran norma moral dapat berakibat merusak nama baik. Oleh sebab itu pelanggaran moral sebaiknya dapat dihindari. Kesadaran moral hendaknya dapat dan perlu dijaga oleh setiap orang. Hal itu tidaklah berarti bahwa kesadaran yang lain tidak penting. Sebenarnya semua tindakan yang dilakukan dengan kesadran adalah penting, karena ketidaksadaran adalah suatu hal yang dapat mengencangkan atau sekurang-kurangnya dapat membuat kepincangan hidup.
Didalam kehidupan sehari-hari pada umumnya orang sadar akan perbuatannya. Tetapi mungkin tidak disadari, apakah perbuatannya itu melanggar norma sopan santun, norma hukum atau norm moral. Apabila manusia ingin berbuat, maka manusia akan berbuat saja. Manusia akan berbuat tanpa kesadaran itu sebenarnya amatlah sedikit, dan apabila ada mungkin ada kekeliruan. Tetapi mungkin juga karena yang berbuat dalam keadaan tidak sadar atau anak kecil yang belum dapat mempergunakan kesadarannya, atau orang gila. Oleh karena itu orang tersebut dapat bebas dari tuntutan tanggung jawab dari perbuatan yang dilakukan.[7]



F.    Contoh Tanggung Jawab Dalam Kehidupan
Berikut ini merupakan ilustrasi-ilustrasi untuk contoh tanggung jawab didalam kehidupan sehari-hari.
“Pak Amir selain mengajar dibebani pula dengan tugas sebagai wali kelas dari 46 orng muridnya. Dua diantaranya adalah Teo dan Syah.
Sebagai seorang guru yang merangkap sebagai wali kelas sudah tentu pak Amir merasa bertanggung jawab atas keberhasilan murid-muridnya. Namun disamping itu, mutu pendidikan juga tidak lepas dari tanggung jawab pak Amir.
Disaat kenaikan kelas tiba, dua murid di kelas pak Amir yaitu Theo dan Syah tadi terpaksa tidak bisa naik kelas dengan dasar pertimbangan yang bisa dipertanggung jawabkan. Pasalnya orang tua murid adalah tokoh-tokoh yang disegani di kota itu, lagi pula oun keduanya banyak memberikan sumbangan materi kepada sekolah. Disinilah konflik mulai timbul. Kepala sekolah, yang lebih memperhatikan kedudukan dan sumbangan orang tua murid, berkehendak menaikkan kelas kedua murid tersebut. Sementara pak Amir tetap berpegang teguh pada prinsip dan pendiriannya. Untuk ini ia tidak hanya berhadapan dengan kepala sekolah, tetapi juga dengan istrinya sendiri. Coba kita simak saja kutipan berikut:
 Pak coba baca kembali surat kepala sekolah yang baru, “Bu Amir mengingatkan”. Dalam surat itu disebutkan, bahwa kedua orang tua Theo dan Syah sudah dua kali mengunjungi bapak kepala sekolah. Masa bapak tidak mengerti maksud beliau?”
            “Ya, aku mengerti, tetapi bagaimana mungkin aku mengubah kenyataan menjadi sesuatu yang fantastis, Bu?”
            “Kompromi, kompromilah Pak, kalau mau selamat.”
            “kompromi kepada siapa Bu?”
            “bapak terlalu polos, terlalu lugu, tidak dapat membaca situasi.” Istrinya kesal.
            “Apa maksudnya?”
            “Ya Allah, bapak! Surat dari kepala sekolah itu sudah kode, pak!”
            “aku mengerti itu, bu, tetapi aku menolak.”
            Memang walau bagaimanapun Pak Amir tetap menolak untuk menaikkan kelas kedua murid tersebut. Di luar sepengetahuan pak Amir, ternyata kepala sekolah menaikkan kelas kedua murid tersebut. Melihat kenyataan ini apa tindakan pak Amir? Kutipan berikut menunjukkan jawabannya:
            Kepala sekolah tercengang-cengang setelah membaca surat yang ditinggalkan pak Amir. Matanya membelalak. Bibirnya menggetar dan sekujur tubuhnya dingin.
            “pak guru Amir meminta berhenti?”, dia seperti tidak percaya. Surat singkat itu dibacanya sekali lagi. “mulai hari ini saya mengundurkan diri dari sekolah karena kesehatan saya tidak memungkinkan lagi untuk menjadi guru.”

            Dari ilustrasi tersebut tampak bahwa usaha manusia untuk memenuhi tanggung jawab, sebagaimana yang dituntut oleh profesinya. Kadang-kadang tidak bisa berjalan dengan mudah. Tidak jarang usaha tersebut memperoleh hambatan-hambatan tertentu yang datang dari pihak lain, kendati tekad untuk memenuhi tanggung jawab itu sendiri sudah sedemikian kuatnya. Dan kadang-kadang pula, hambatan itu begitu menggetarkan hati yang mengalaminya.
            Tanggung jawab manusia terhadap dirinya sendiri pada hakikatnya tidak mengenal jenis kelamin, angka usia, status maupun kedudukannya. Namun tanggung jawab tersebut boleh dibilang terkena pada setiap orang. Jadi bersifat universal. Dan sebagai manifestasi dan upaya pemenuhan tanggung jawab tersebut manusia berusaha mencari makan, bekerja, merncari teman, menjaga kesehatan dan lain sebagainya.
            Berbicara tentang tanggung jawab manusia terhadap dirinya sendiri, kita seringkali tergelitik oleh berbagai cerita tentang anak-anak usia sekolah yang terpaksa bekerja keras membanting tulang demi biaya hidup, sekolah, dan demi cita-citanya. Cerita-cerita boleh jadi realistik. Disetiap jalan, lorong kampung, depot-depot kecil, dan terlebih lagi di perempatan-perempatan jalan, boleh jadi sudah merupakan pemandangan yang umum apabila kita melihat anak-anak dengan seragam sekolah menjajakan koran, majalah, dan semacamnya. Dan para seniman, sesuai kapasitasnya masing-masing tidak jarang mencoba mengangkat kenyataan-kenyataan tersebut dalam karya-karya seninya.[8]

G.  Pentingnya Mewujudkan Rasa Tanggung Jawab
Pentingnya mweujudkan rasa tanggung jawab dalam diri seseorang adalah agar orang tersebut tidak mengalami kegagalan atau kerugian untuk dirinya maupun orang lain.karena dengan adanya tanggung jawab, kita akan mendapatkan hak kita seutuhnya. Tanggung jawab erat kaitannya dengan kewajiban. Kewajiban adalah sesuatu yang dibebankan terhadap seseorang. Kewajiban merupakan bandingan terhdap hak, dan dapat juga tidak mengacu kepada hak. Maka tanggung jawab dalam hal ini adalah tanggung jawab terhadap kewajibannya. Status dan peranan menentukan kewajiban seseorang.
Kewajiban dibagi menjadi dua bagian, yaitu: kewajiban terbatas dan kewajiban tidak terbatas. Problema utama yang dirasakan pada zaman sekarang, sehubungan dengan masalah tanggung jawab, adalah berkaratnya atau rusaknya perasaan moral dan rasa hormat diri terhadap pertanggung jawaban.
Menurut sifat dasarnya manusia adalah makhluk bermoral tetapi manusia juga seorang pribadi karena merupakan seorang pribadi maka manusia mempunyai pendapat sendiri, itulah sebabnya manusia berbuat dan bertindak. Dalam hal ini manusia tak luput dri kesalahan, kekeliruan baik disengaja maupun tidak. Oleh karena itu, dalam hal ini manusia harus bertanggung jawab baik pada dirinya sendiri, keluarga, masyarakat, dan Tuhan.

Dalam UUD no. 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional disebutkan bahwa tujuan pendidikan adalah berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia beriman dan bertakwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara demokratis serta bertanggung jawab.
Cara membangun sikap tanggung jawab yaitu diantaranya:
Disiplin diri merupakan suatu siklus kebiasaan yang kita lakukan secara berulang-ulang dan terus-menerus secara berkesinambungan sehingga menjadi suatu hal yang biasa kita lakukan. Sikap disiplin dapat mengantarkan seseorang pada jalan kesuksesan, karena orang yang berdisiplin akan bersikap teguh dalam menjalani niat dan cita-cita yang ingin diraihnya. Berikut merupakan cara menjadi orang yang betanggung jawab:
1.      Ketahuilah bahwa tanggung jawab berhubungan dengan kewajiban bukan hak. Jika seseorang merasa ragu saat ingin memberikan rasa tanggung jawab yang lebih besar terhadap anda, munkin karena selama ini anda kurang peduli dalam memenuhi kewajiban yang menjadi tanggung jawab anda.ini adalah karakter orang-orang yang tidak bertanggung jawab. Mereka hanya mau melakukan hal-hal baru selama masih cukup menantang dan menyenangkan. Setelah itu, mereka akan patah semangat karena kehilangan minat.
2.      Buktikan bahwa anda dapat melakukan hal kecil dengan baik sehingga pantas menerima tanggung jawab yang lebih besar, baik ditempat kerja, di sekolah, atau saat mengikuti kegiatan ekstrakulikuler.
3.      Jangan menyalahkan orang lain saat menghadapi masalah. cara lain untuk menerima tanggung jawab adalah dengan berhenti menyalahkan orang lain.
4.      Berhentilah mengeluh. Mengeluh adalah perbuatan sia-sia yang biasa dilakukan oleh orang-orang yang tidak bertanggung jawab. Mengeluh adalah cara lain untuk menyalahkan kehidupan karena masalah yang anda alami, mengmbil alih inisiatif untuk mencari tau apa yang bisa anda ubah.setiap kali mulai mengeluh, ingatkan diri sendiri agar segera berhenti dan mengatakan hal yang positif. anda akan terkagum-kagum betapa besarnya pengaruh kebiasaan ini dalam mengubah pola pikir.[9]


H.  Ayat Al-Quran yang berhubungan dengan Tanggung Jawab
a.       Tanggung jawab terhadap Tuhan, yaitu Tuhan yang menciptakan manusia di bumi ini bukanlah tanpa tanggung jawab, melainkan untuk mengisi kehidupannya manusia mempunyai tanggung jawab langsung terhadap tuhan, sehingga tindakan manusia tidak lepas dari hukuman-hukuman tuhanyang dituangkan dalam kitab suci al-quran sebagaimana disebutkan dalam Q.S At-tahrim : 6







Artinya : “ hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu, penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, yang keras, yang tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka yang selalu mengerjakan apa yang diperintahkan-Nya.”
b.      Q.S An-Nisa : 36







Artinya : “ Dan sembahlah Allah dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan sesuatupun. Dan berbuat baiklah kepada dua orang ibu bapak, karib kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin, tetangga yang dekat dan tetangga yang jauh, dan teman sejawat, ibnu sabil dan hamba sahaya. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong dan membangga-banggakan diri.

Ayat tersebut menjelaskan fungsi keluarga dan tanggung jawab terhadap keluarga, yaitu menjaga kelangsungan hidup keluarga dari kepunahan dengan car menyiapkan generasi penerus yang lebih kuat, baik fisik maupun mentalnya. akhir ayat ini menganjurkan kepada orang tua untuk memperlakukan semua anggota keluarga dengan teguh atau ucapan-ucapan yang baik yang menunjukkan sikap kasih sayang dan mendidik.

c.       Hadist tentang tanggung jawab manusia terhadap keluarga dan masyarakat.










Artinya: Dari Abdullah bin Umar ra. Ia berkata: saya mendengar Rasulullah saw. Bersabda: “setiap kamu adalah pemimpin dan bertanggung jawab atas apa yang dipimpinnya. Imam adalah pemimpin dan bertanggung jawab atas rakyatnya. Lelaki adalah pemimpin dalam keluarganya dan bertanggung jawab atas anggota keluarganya. Dan seorang perempuan adalah pemimpin dalam rumah tangga suaminya, dan ia bertanggung jawab atas semua anggota keluarganya. Seorang pembantu adalah pemimpin bagi harta majikannya, dan ia bertanggung jawab atas keselamatan dan keutuhan hartanya.” Abdullah berkata: “Aku mengira Rasulullah mengatakan pula bahwa seorang adalah pemimpin bagi harta ayahnya dan bertaggung jawab atas keselamatan dan keutuhan hartanya itu. Semua kamu adalah pemimpin dan bertanggung jawab atas yang dipimpinnya.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Hadist tersebut menjelaskan bahwa pada hakikatnya manusia itu adalah pemimpin bagi segala hal yang ada di bawah wewenangnya sesuai dengan tingkat dan kedudukan masing-masing, mulai dari pemimpin formal sampai dengan pemimpin yang non formal. Dengan demikian, semua orang harus mempertanggung jawabkan segala sesuatu yang menjadi tanggung jawabnya. Disebutkan dalam hadist tersebut umpamanya seorang pembantu adalah pemimpin bagi harta majikannya.[10]



















  BAB III
PENUTUP

A.   Kesimpulan
Orang yang bertanggung jawab adalah orang yang berani mengambil resiko atas tindakan atau perkataan yang telah dibuatnya. Orang yang bertanggung jawab akan terbiasa untuk jujur. Budayakanlah tanggung jawab dalam kehidupan bermasyarakat, berkeluarga ataupun kehidupan lainnya.
Seseorang akan bertanggung jawab dengan adanya kesadaran atau adanya pengertian atas segala perbuatan atau akibat atas kepentingan pihak lain. Timbulnya tanggung jawab justru karena manusia itu hidup bermasyarakat dan hidup dalam lingkungan alam. Manusia tidak boleh berbuat semaunya, segala hal yang dilakukan terikat oleh norma.
Manusia itu berjuang memenuhi keperluannya sendiri atau keperluan pihak lain. Untuk itu dia menghadapi manusia lain dalam masyarakat atau menghadapi lingkungan alam. Dalam usahanya itu manusia juga menyadari bahwa adanya dorongan lain yang ikut menentukan yaitu kekuasaan Allah SWT.devngan demikian tanggung jawab dapat dibedakan menjadi: Tanggung jawab terhadap diri sendiri, tanggung jawab terhadap manusia dan masyarakat, tanggung jawab terhadap lingkungan, dan tanggung jawab terhadap Allah SWT.
Pengabdian adalah perbuatan baik yang berupa pikiran pendapat ataupun tenaga sebagai perwujudan kesetiaan. Timbulnya pengabdian pada hakikatnya adanya rasa tanggung jawab. Pengabdian dapat dibedakan menjadi: pengabdian kepada keluarga, pengabdian kepada masyarakat, pengabdian kepada negara, dan pengabdian kepada Allah SWT.
 Perbedaan antara pengertian pengabdian dan pengorbanan tidaklah begitu jelas. Karena adanya pengabdian tentu adanya pengorbanan. Pengorbanan merupakan akibat dari pengabdian. Pengorbanan dapat berupa harta benda, pikiran, perasaan, bahkan dapat juga berupa jiwa atau nyawa.



B.   Saran
Sebagai seorang makhluk ciptaan Allah SWT hendaknya kita dapat memahami rasa tanggung jawab dan dapat mengaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari. Dalam kehidupan bermasyarakat, seorang manusia tidak boleh hidup semaunya, semua harus sesuai dengan norma-norma yang berlaku tentunya menurut ajaran agama Islam guna mencapai kemakmuran dan ketentraman hidup
Wujud tanggung jawab terdapat berbagai macam makna yang didalamnya mengandung pengertian adanya kewajiban untuk berbuat sesuatu. Oleh karena itu, manusia berkewajiban untuk membuat sesuatu yang menjurus kepada pengabdian, kesadaran akan hak, kewajibannya dan akhirnya wajib berkorban demi cintanya kepada keluarga, bangsa, negara, agama, serta lingkungannya.jadi disamping tanggung jawab perlu pula diwujudkan suatu tindakan dimana pengabdian, pengorbanan dan kesadaran akan semua hal yang perlu diwujudkan.















DAFTAR PUSTAKA
Al-Quranul dan Terjemahannya, Kementerian Agama   Republik Indonesia.

Ratna Dwi. 2009. Kamus Ensiklopedi Umum Bahasa Indonesia. Bandung: PT Prakarya.

Lies Sudibyo. 2013. Ilmu Sosial Budaya Dasar. Yogyakarta: CV Andi.

Subanim. 2006. Ilmu Sosial Budaya. Bandung: Rineka Cipta.

Hartati. 2008. Ilmu Sosial Budaya Dasar. Bandung: PT Rahakarya.

Nuri Handayani. 2007. Ilmu Budaya. Surabaya: Usaha Nasional.

Sofiadningsih. 2006. Ilmu Budaya Jilid 1. Yogyakarta: PT Radika Nasional.

Mustaqim,dkk. Al-Quran dan Hadist. Bandung: Alfabeta.




[1] Ratna Dwi, Kamus Ensiklopedi Umum Bahasa Indonesia, PT Prakarya, Bandung, 2009, hal 143.
[2] Lies Sudibyo,dkk., Ilmu Sosial Budaya Dasar, CV Andi, Yogyakarta, 2013, hal 103.
[3] Lies Sudibyo,dkk., Ilmu Sosial Budaya Dasar, CV Andi, Yogyakarta, 2013, hal 104.
[4] Subanim, Ilmu Sosial Budaya, Rineka Cipta, Jakarta, 2006, hal 107.
[5] Hartati, Ilmu Sosial Budaya Dasar, PT Rahakarya, Bandung, 2008, hal 105-107.
[6] Nuri Handayani, Ilmu Budaya, Usaha Nasional, Surabaya, 2007, hal 102-103.
[7] Sofiadningsih, Ilmu Budaya Jilid 1, PT Radika Nasional, Yogyakarta, 2006, hal 96-99.
[8] Suratna, Ilmu Sosial Budaya, PT Radmaja Widyana, Yogyakarta, 2002, hal 67.
[9] Sofiadningsih, Ilmu Budaya Jilid 1, PT Radika Nasional, Yogyakarta, 2006, hal 102-103

[10] Mustaqim,dkk., Al-Quran dan Hadist, Alfabeta, 2003, hal 32.