BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Hidup
manusia disamping sebagai makhluk Tuhan dan makhluk individu, juga merupakan
makhluk sosial, hidup dalam lingkungan masyarakat. Di dalam interaksi sosial
manusia diberi tanggung jawab, disamping hal tersebut manusia juga memiliki
kewajiban yaitu dituntut adanya pengabdian dan pengorbanan.
Seseorang
akan bertanggung jawab karena adanya kesadaran atau adanya keinsyafan atau
pengertian atas segala perbuatan atau akibat atas kepentingan pihak lain.
Kesadaran atau keinsyafan bersumber pada unsur-unsur budayadalam diri manusia.
Sebagai makhluk yang beradab dan berbudaya manusia menilai dan dinilai. Oleh
sebab itu manusia seharusnya menyadari atau mnginsyafi bahwa perbuatan dan
akibatnya itu benar atau tidak benar, patut atau tidak patut, baik atau tidak
baik, dan harus berdasarkan pertimbangan-pertimbangan sebelumnya.
Timbulnya
tanggung jawab justru karena manusia itu hidup bermasyarakat dan hidup dalam
lingkungan alam. Manusia tidak boleh berbuat semaunya, segala apa yang akan
dilakukannya terikat oleh norma, manusia menciptakan keseimbangan, keserasian,
keselarasan antara sesama manusia dan antara manusia dan lingkungannya. Apabila
yang sebaliknya terjadi, manusia wajib menanggung, memikul beban, memenuhi
segala akibat,atau jika menyangkut kepentingan pihak lain atau lingkungsn
hidup, manusia memiliki kerelaan mengabi atau berkorban, sehingga keseimbanga,
keserasian, keselarasan dapat dipulihkan kembali.
Tanggung
jawab itu bersifat kodrati, artinya sudah menjadi bagian hidup manusia, bahwa
setiap manusia dibebani dengan tanggung jawab. Apabila dia tidak mau
bertanngung jawab maka ada pihak lain, yang memaksakan tanggung jawab itu.
Dengan demikian tanggung jawab itu dapat dilihat dari dua sisi, yaitu sisi
pihak yang berbuat dan dari sisi kepentingan pihak lain. Dan sisi pembuat ia
harus menyadari akibat perbuatannya itu, dengan demikian tanggung jawab harus
mengembalikan ke dalam keadaan yang baik. Dari sisi pihak lain apabila si
pembuat tidak mau bertanggung jawab, pihak lain akan mengembalikan (memulihkan)
baik dengan cara individual maupum dengan cara kemasyarakatan.
Apabila
dikaji, tanggung jawab itu adalah kewajiban atau beban yang harus dipikul atau
dipenuhi sebagai akibat dari perbuatan pihak yang berbuat, atau akibat dari
perbuatan pihak lain, atau sebagai pengabdian, pengorbanan pihak lain.
Kewajiban
atau beban itu ditujukan untuk kebaikan pihak yang berbuat itu sendiri atau
pihak lain. Dengan demikian keseimbangan, keserasian, keselarasan antar sesama
manusia dan lingkungan antara manusia dan Tuhan selalu terpelihara dengan baik.
Tanggung
jawab adalah ciri manusia beradab. Manusia merasa adanya tanggung jawab karena
ia menyadari akibat baik atau buruk perbuatannya itu, dan menyadari pula bahwa
pihak lain memerlukan pengabdian atau pengorbannya untuk memperoleh atau
meningkatkan kesadaran bertanggung jawab perlu ditempuh usaha melalui
pendidikan, penyuluhan, keteladanan, dan taqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa.
Pada dasarnya manusia dan tanggung jawab
itu berada dalam satu naungan atau berdampingan. Tanggung Jawab juga berati berbuat sebagai wujudan atas perbuatannya.
Setiap manusia memiliki tanggung jawab masing-masing. Diantaranya tanggung
jawab seorang pelajar atau mahasiswa akan belajar, tanggung jawab seorang dosen
kepada mahasiswa atau mahasiswinya, tanggung jawab seorang presiden kepada
negara dan rakyatnya, tanggung jawab seorang ayah kepada istri dan
anak-anaknya, dan tanggung jawab manusia kepada Tuhan yang telah Menciptakan
kita.
B. Rumusan
Masalah
Berdasarkan
latar belakang masalah diatas penulis dapat merumuskan beberapa rumusan masalah
antara lain:
1.
Apa
pengertian dari tanggung jawab?
2.
Bagaimana
cara mengabdikan diri kepada Allah SWT?
3.
Mengapa
rasa tanggung jawab itu perlu diwujudkan?
4.
Kapan
manusia mulai bertanggung jawab terhadap keluarga?
C. Tujuan
Penulisan
Tujuan
dalam penulisan makalah ini adalah sebagai berikut:
1.
Untuk
mengetahui pengertian tanggung jawab.
2.
Untuk
mengetahui hubungan manusia dan tanggung jawab.
3.
Untuk
mengetahui contoh tanggung jawab dalam kehidupan.
4.
Untuk
mengetahui macam-macam tanggung jawab.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian
Tanggung Jawab
Menurut
kamus Ensiklopedi Umum Bahasa Indonesia “Tanggung Jawab” adalah “kewajiban
dalam melakukan tugas teretntu”.[1]
Menurut WJS. Poerwodarminto,
tanggung jawab adalah suatau yang menjadi kewajiban (keharusan) untuk
dilaksanakan, dibahas dan sebagaimya. Sedangkan menurut Drs. Suyadi MP dalam
bukunya Ilmu Budaya Dasar menyatakan bahwa “Tanggung Jawab adalah kesadaran
manusia akan tingkah laku atau perbuatannya yang disengaja maupun yang tidak
disengaja, tanggung jawab juga berarti berbuat sebagai perwujudan kesadaran
akan kewajiban”.
Dengan demikian apabila terjadi
sesuatu maka seseorang yang dibebani tanggung jawab wajib menanggung segala
sesuatunya. Oleh karena itu manusia yang bertanggung jawab adalah manusia yang dapat menyatakan
diri sendiri bahwa tindakannya itu baik dalam arti mengkuti norma umum, sebab
hak menurut seseorang belun tentu baik menurut pendapat orang lain, apa yang
dikatakan baik menurut dirinya ternyata ditolak oleh oraang lain.[2]
Manusia dapat memilih dua jalan (baik
atau buruk), tetapi manusia sendiri yang harus mempertannggung jawabkan
perbuatannya. Manusia tidak membebani orang lain untuk memikul dosanya, tidak
juga orang lain dipikulkan keatas pundaknya. Tanggung jawab tersebut akan
dimintai pertanggung jawaban apabila telah memenuhi syarat-syarat tertentu
seperti pengetahuan, kemampuan, dan kesadaran.
Hal ini sesuai dengan firman Allah
SWT yang terdapat dalam QS. Al-An’am ayat 164:
Artinya:
“Katakanlah: Apakah aku akan mencari Tuhan selain Allah SWT. Padaha Dia adalah
Tuhan bagi segala sesuatu. Dan tidaklah seorang membuat dosa melainkan
kemudharatannya kembali kepada dirinya sendiri, dan seorang yang berdosa tidak
akan memikul dosa orang lain. Kemudian kepada Tuhanmu lah kamu kembali, dan
akan diberitakannya kepadamu apa yang kamu perselisihkan.
Adanya
definisi lain dalam kasus bahasa Inggris dimana tanggung jawab memiliki definisi sebagai berikut:
Responsibility : having the character of a free moral
agent capable of determining one’s own acts, capable of deterred by
concideration of sanction or consequences.
Definisi tersebut memberikan
pengertian yang dititik beratkan kepada manusia sebagai berikut:
1.
Harus
ada kesanggupan untuk menetapkan sikap terhadap sesuatu perbuatan.
2.
Harus
ada kesanggupan untuk memikul resiko dari sesuatu perbuatan.
Bila
pengertian tersebut dianalisa lebih luas akan kita dapati bahwa dalam kata “having the characters” itu dituntut
sebagai suatu keharusan akan adanya pertanggung jawaban karakter moral.
Karakter disini merupakan nilai-nilai dari perbuatan. Konsekuensi selanjutnya
berarti bahwa terhadap suatu perbuatan hanya ada alternatif penilaian, yaitu:
mnegetahui adanya tanggung jawab, atau mengetahui tidak adanya tanggung jawab.[3]
Dalam
filsafah hidup, nilai dari tanggung jawab itu dijadikan sebagai salah satu
kriteria dari kepribadian atau personality seseorang. Praktek dari kehidupan
sehari-hari menunjukkan bahwa tidak sedikit jumlah orang yang diserahi tugas
sebagai pimpinan: apakah itu sebagai kepala rumah tangga, bos perusahaan,
direktur badan usaha, dan lain sebagainya.
Dari
segi filsafah, suatu tanggung jawab itu paling sedikit didukung oleh tiga
unsur, yaitu sebagai berikut:
1.
Kesadaran
Berisi pengertian: tahu, kenal,mengerti dan dapat
memperhitungkan arti, guna sampai kepada soal akibat dari pada sesuatu
perbuatan atau pekerjaan yang dihadapi. Seseorang baru dapat dimintai tanggung
jawab, bila ia sadar tentang apa yang diperbuatnya.
2.
Kecintaan
Cinta suka menimbulkan kepatuhan, kerelaan dan kesedihan
untuk berkorban. Contohnya: cinta kepada Allah SWT, cinta kepada keluarga,
cinta kepada tanah air, dan lain sebagainya.
3.
Keberanian
Berani
berbuat, berani bertanggung jawab. Berani disini didorong oleh rasa keikhlasan,
tidak bersikap ragu-ragu dan takut terhadap segala macam rintangan yang timbul
kemudia sebagai konsekuensi dari tindak perbuatan. Karena adanya tanggung jawab
itulah, maka seseorang yang berani, juga memerlukan adanya
pertimbangan-pertimbangan, perhitungan dan kewaspadaan sebelum bertindak, jadi
tidak berlaku semena-mena. Dipikirkan terlebih dahulu dengan akal sehatnya.[4]
B. Macam-macam
Tanggung Jawab
Manusia
itu berjuang memenuhi keperluannya sendiri atau keperluan pihak lain. Untuk itu
dia menhadapi manusia lain dalam masyarakat atau menghadapi lingkungan alam.
Dalam usahanya itu manusia juga menyadari bahwa adanya kekuatan lain yang ikut
menentukan yaitu kekuasaan Allah SWT. Dengan demikian tanggung jawab itu dapat
dibedakan menurut keadaan manusia atau hubungan yang dibuatnya. Atas dasar itu
lalu dikenal beberapa jenis tanggung jawab yaitu sebagai berikut:
1.
Tanggung
jawab terhadap diri sendiri
Tanggung jawab terhadap diri sendiri menuntut kesadaran
setiap orang untuk memenuhi kewajibannya sendiri dala mengembangkan kepribadian
sebagai manusia pribadi. Dengan demikian diharapkan dapat memecahkan
masalah-masalah kemanusiaan mengenai dirinya sendiri.
2.
Tanggung
jawab terhadap manusia atau masyarakat
Tanggung jawab terhadap manusia atau masyarakat menuntut
adanya kesadarn manusia untuk memenuhi kewajibannya dalam hubungan hidup
berasyarakat. Kewajiban itu meliputi kewajiban dalam hubungan antara individu
dan individu, hubungan antara individu dan masyarakat. Dalam hubungan antara
individu dan individu selalu dituntut keseimbangan antara kewajiban yang
dipenuhi dan hak yang diperolehnya. Tetapi dalam hubungan antara individu dan
masyarakat bukan hanya keseimbangan kewajiban dan hak, melainkan juga dituntut
pengorbanan atau pengabdian demi terciptanya keseimbangan atau keselarasan
antara individu dan masyarakat (sebagai kesatuan dan individu).
Karena itu diharapkan ada kesadaran manusia untuk
memecahkan masalah-masalah kemanusiaan dan masalah-masalah sosial.
Masalah-masalah kemanusiaan misalnya korban bencana alam, korban perang, bahaya
kelaparan, dan masalah-masalah kecil lainnya yang memerlukan bantuan.
3.
Tanggung
jawab terhadap lingkungan
Tanggung jawab terhadap lingkungan menuntut kesadaran
manusia untuk memenuhi kewajibannya atau pengorbanannya dalam membina dan
melestarikan lingkungan hidup yang baik, teratur, dan sehat. Dengan demikian
diharapkan manusia dapat memecahkan masalah lingkungan hidup yang berpengaruh
pada nilai kemanusiaan. Misalnya kesadarn dalam mengatasi masalah sampah,
saluran pembuangan air, binantang, hutan, dan lain sebagainya.
4.
Tanggung
jawab terhadap Tuhan
Tanggung jawab terhadap Tuhan menuntut kesadarn manusia
untuk memenuhi kewajiban atau pengabdian terhadap Tuhan Yang Maha Esa. Sebagi
makhluk ciptaan Tuhan, manusia haruslah bersyukur kepada Tuhan atau karunia-Nya
menciptakan manusia dan memberikan rezeki kepadanya. Karena itu manusia mengabdi
kepada Tuhan, dan mengabdi itu wujud tanggung jawab kepada Tuhan.
Tanggung jawab itu dapat diketahui wujudnya apabila sudah
dinyatakan dengan perbuatan yang menghasilkan kematangan pribadi suasana
keseimbangan atau keselarasan antar manusia. Perbuatan itu selalu didasari oleh
kesadaran. Kesadaran artinya sengaja karena dikehendaki. Perbuatan itu berupa
pemenuhan kewajiban, pengabdian dan pengorbanan. Dengan demikian dapat
dinyatakan bahwa untuk mengetahui adanya tanggung jawab atau tidak ada pada
seseorang dapat diamati memalui kewajiban, pengabdian, pengorbanan dan suasana
yang dihasilkan.
Apabila ada pemenuhan kewajiban, pengabdian, pengorbanan
menghasilkan suasana kematangan pribadi, keseimbangan atau keselarasan antara
manusia disitu ada tanggung jawab. Tidak bertanggung jawab atau penyelewengan
didasari oleh kesadaran atau ketidaksadaran. Kesadaran artinya sengaja atau
dikehendaki. Ketidaksadaran artinya tidak disengaja karena tidak dikehendaki.
Bertanggung jawab berarti memfungsionalkan sifat-sifat
manusia untuk mempertahankan nilai-nilai pribadi yang luhur, serta dapat
menundukkan nilai harga diri manusia sebagai manusia. Seorang filsuf asalah
yunani Robert Darkson menyatakan bahwa” nilai seorang tukang rumput yang dapat
melakukan kewajibannya dengan baik, jauh lebih berharga dari pada seorang
maharaja yang lalai dari pada tanggung jawab”.
Sudah diuraikan sebelumnya bahwa wujud tanggung jawab
terdapat berbagai macam makna dimana didalamnya mengandung pengertian adanya
kewajiban untuk berbuat sesuatu. Jadi tanggung jawab adalah keadaan manusia
akan segala tingkah laku dan perbuatannya. Selanjutnya manusia berkewajiban
untuk berbuat sesuatu yang menjurus kepada pengabdian, kesadaran akan hak,
kewajibannya dan akhirnya wajib berkorban demi cintanya kepada keluarga,
bangsa, negara, agama, serta lingkungannya. Jadi disamping tanggung jawab perlu
pula diwujudkan suatu tindakan dimana pengabdian, pengorbanan dan kesadaran
akan semua hal yang perlu dipupuk sendiri mungkin.[5]
C.
Pengabdian
Pengabdian adalah perbuatan baik yang berupa pikiran
pendapat ataupun tenaga sebagai perwujudan kesetiaan mungkin kepada pimpinan,
cinta, kasih sayang, hormat, atau suatu ikatan dimana semuanya itu dilakukan
dengan penuh ikhlas.
Timbulnya pengabdian pada hakikatnya adanya rasa tanggung
jawab. Contohnya: apabila kita bekerja keras pagi sampai sore dibeberapa tempat,
untuk mencukupi kebuuhan rumah tangga kita, itu berarti mengabdi kepada
keluarga, karena kasih sayang kita kepada keluarga. Dalam hal ini dibedakan
antara bantuan dan pengabdian. Kalau bantuan mungkin hanya berupa membantu
mengantarkan teman ke kantor atau membantu tenaga untuk keperluan peta kawan.
Pengabdian dapat dibedakan menjadi:
1.
Pengabdian
kepada keluarga
Pada hakikatnya manusia hidup berkeluarga dan sudah tentu
dalam kehidupan keluarga tersebut didasarkan pada cinta dan kasih sayang. Kasih
sayang itu mengandung pengertian pengabdia dan perngorbanan. Apabila ada kasih
sayang tidak disertai pengabdian, maka kasih sayang itu palsu atau semu.
Pengabdian kepada keluarga ini dapat berupa pengabdian kepada anak-istri, istri
kepada suami dan anak-anaknya, atau anak-anak kepada orang tuanya.
2.
Pengabdian
kepada masyarakat
Manusia sebagai anggota masyarakat tidak dapat hidup
tanpa bantuan orang lain, setiap orang saling membutuhkan, tolong menolong baik
secara sadar maupun tanpa disadari. Tolong menolong antr individu maupun dengan
masyarakat dapat dengan imbalan atau mungkin tanpa imbalam atau karena
kewajibannya. Bila seseorang yang hidup di masyarakat tidak mau memasyarakatkan
dirinya dan selau mengasingkan diri, maka apabila mengalami kesulitan yang luar
biasa ia akan ditertawakan oleh masyarakat. Cepat atau lambat ia akan menyadari
dan menyerah kepada masyarakat lingkungannya.
Oleh karena itu
demi masyarakat, anggota masyarakat harus mau mengabdikan diri kepada
masyarakat. Ia harus memiliki rasa tanggung jawab kepada masyarakat
lingkungannya. Oleh sebab itu baik tempat tinggal membawa nama baik pula. Ulah
atau tindakan baik buruknya warga akan menyangkut juga nama baik tempat tinggal
dan lingkungannya.
3.
Pengabdian
kepada negara
Negara
merupakan lembaga msyarakat yang terbesar, sedangkan masyarakat pada hakikatnya
adalah bagian dari suatu bangsa atau warga negara suatu negara. Karena itu
seseorang wajib mencintai bangsa dan negaranya. Mencintai ini biasanya
diwujudkan dalam bentuk pengabdian. Tidaklah ada cinta tanpa adanya pengabdian.
Orang Inggris misalnya sampai-sampai mempunya suatu semangat mengabdi yang
diwujudkan dalam kata-kata yang fanatik “right
or wrong my country”, dimana yang dimaksudkan “benar atau salah adalah
negara saya”. Masih banyak lagi contoh mengabdikan diri kepada bangsa dan dalam
kehidupan.
4.
Pengabdian
kepada Tuhan
Manusia
sebagai amkhluk Tuhan tidak ada eksitensinya dengan sendirinya, tetapi
keberadaan di dunia ini adalah sebagai makhluk ciptaan Tuhan. Sebagai ciptaan
Tuhan sudah tentu manusia wajib mengabdi kepada Tuhan. Pengabdian berarti
penyerahan diri sepenuhnya kepada Tuhan, dan hal itu merupakan perwujudan
tanggung jawab kepada Tuhan Yang Maha Esa. Semuanya itu direalisasikan dalam
wujud-wujud nyata seperti: rumah ibadah dan produk-produk budaya yang berbagai
macam wujudnya seperti syair, nyanyian, lukisan dan lain sebaginya.[6]
D. Pengorbanan
Pengorbanan berasal dari kata korban yang artinya
memberikan secara ikhlas dalam wujud-wujud tertentu seperti: harta, benda,
waktu, tenaga pikiran bahkan mungkin nyawa demi cintanya atau ikatannya dengan
sesuatu demi kesetiaan, kebenaran.
Perbedaan antara pengertian pengabdian dan pengorbanan
tidaklah begitu jelas. Karena adanya pengabdian tentua adanya pengorbanan.
Antara sesama teman sulit untuk dikatakan pengabdian karena kata pengabdian
mengandung arti lebih tinggi. Tetapi kata pengorbanan dapat juga diterapkan
kepada sesama teman.
Pengorbanan merupakan akibat dan pengabdian. Pengorbanan
dapat berupa harta benda, pikiran, perasaan, bahkan dapat juga berupa jiwa atau
nyawa. Pengorbanan diserahkan secara ikhlas tanpa adanya rasa pamrih,
perjanjian, tanpa ada transaksi, kapan saja diperlukan.
Karena manusia itu bukan hanya merupakan pribadi, tetapi
juga berkeluarga, berasyarakat, merupakan bangsa suatu negara dan juga sebagai
makhluk ciptaan Allah SWT. Maka dari pada itu pengorbanan dapat dibedakan
menurut beberapa jenis yaitu: penorbanan kepada keluarga, masyarakat, bangsa,
negara, kebenaran dan kepada agama.
E. Kesadaran
Kesadaran adalah keinsyafan akan perbuatannya. Sadar
artinya merasa, tahu atau ingat (kepada keadaan yang sebenarnya), keadaan ingat
akan dirinya, ingat kembali (dari pingsan), siuman (bangun dari tidur), ingat,
tahu dan mengerti, misalnya rakyat telah sadar akan politik.
Jadi kesadarn adalah hati yang telah terbuka atau pikiran
dan perasaan dimana telah terbuka tentang apa yang telah dikerjakannya. Namun
pengertian kesadarn dalam hal ini hanyalah dibatasi pada kesadaran moral ini
sangat penting bagi kehidupan manusia. Hal ini tidak berarti bahwa kesadaran
yang lain tidak penting misalnya: kesadaran berpolitik, kesadaran betapa
pentingnya setiap orang dapat membaca, kesadaran mahasiswa akan belajar,
kesadarn pergi ke kantor tidak terlambat, kesadaran bekerja sebaik-baiknya, dan
sebagainya. Kesadran itu juga penting bagi manusia, karena tanpa kesadarn orang
akan mengalami kepincangan dalam hidupnya.
Kesadarn moral dikatakan merupakan keterbukaan hati atau
pikiran akan menghargai hak-hak dan kewajiban orang lain, untuk berbuat yang
tidak melanggar hak dan kewajiban orang lain atau berbuat yang tidak
menyenangkan atau membahagiakan orang lain, atau untuk berbuat sesuai dengan
kata hati.
Banyak jenis kesadaran yang dialami oleh manusia.
Kesadaran akan harga diri, kesadaran akan tanggung jawabnya kepada keluarga,
kesadaran atau kewajibannya kepada negara, Tuhan dan sebagainya. Kesadaran dan
tidak ada kesadaran ini saling ganti mengisi kehidupan manusia. Oleh karena itu
kesadaran dan ketidaksadaran ini dapatlah dikatakan tak terlepas dari kehidupan
manusia, maka kesadaran itu banyak menimbulkan daya kreativitas para seniman.
Hampir semua hasil seni lahir dari inspirasi adanya kesadaran dan
ketidaksadaran manusia.
Ada juga mungkin suatu perbuatan salah yang tidak
disadari. Pada umumnya orang menyadari perbuatannya yang tidak baik. Disebut
tidak baik karena merugikan orang lain. Akan tetapi mungkin juga terjadi suatu
perbuatan yang dilakukan tanpa disadari merugikan orang lain, mungkin dilakukan
dengan maksud baik tetapi tidak mau menyadari kalau berbuat salah, sehingga
mungkin orang berbuat menurut dorongan nafsu jahatnya.
Kesadaran moral amatlah penting untuk diperhatikan, karena
pelanggaran norma moral dapat berakibat merusak nama baik. Oleh sebab itu
pelanggaran moral sebaiknya dapat dihindari. Kesadaran moral hendaknya dapat
dan perlu dijaga oleh setiap orang. Hal itu tidaklah berarti bahwa kesadaran
yang lain tidak penting. Sebenarnya semua tindakan yang dilakukan dengan
kesadran adalah penting, karena ketidaksadaran adalah suatu hal yang dapat
mengencangkan atau sekurang-kurangnya dapat membuat kepincangan hidup.
Didalam kehidupan sehari-hari pada umumnya orang sadar
akan perbuatannya. Tetapi mungkin tidak disadari, apakah perbuatannya itu
melanggar norma sopan santun, norma hukum atau norm moral. Apabila manusia
ingin berbuat, maka manusia akan berbuat saja. Manusia akan berbuat tanpa
kesadaran itu sebenarnya amatlah sedikit, dan apabila ada mungkin ada
kekeliruan. Tetapi mungkin juga karena yang berbuat dalam keadaan tidak sadar
atau anak kecil yang belum dapat mempergunakan kesadarannya, atau orang gila.
Oleh karena itu orang tersebut dapat bebas dari tuntutan tanggung jawab dari
perbuatan yang dilakukan.[7]
F. Contoh
Tanggung Jawab Dalam Kehidupan
Berikut
ini merupakan ilustrasi-ilustrasi untuk contoh tanggung jawab didalam kehidupan
sehari-hari.
“Pak
Amir selain mengajar dibebani pula dengan tugas sebagai wali kelas dari 46 orng
muridnya. Dua diantaranya adalah Teo dan Syah.
Sebagai
seorang guru yang merangkap sebagai wali kelas sudah tentu pak Amir merasa
bertanggung jawab atas keberhasilan murid-muridnya. Namun disamping itu, mutu
pendidikan juga tidak lepas dari tanggung jawab pak Amir.
Disaat
kenaikan kelas tiba, dua murid di kelas pak Amir yaitu Theo dan Syah tadi
terpaksa tidak bisa naik kelas dengan dasar pertimbangan yang bisa
dipertanggung jawabkan. Pasalnya orang tua murid adalah tokoh-tokoh yang
disegani di kota itu, lagi pula oun keduanya banyak memberikan sumbangan materi
kepada sekolah. Disinilah konflik mulai timbul. Kepala sekolah, yang lebih
memperhatikan kedudukan dan sumbangan orang tua murid, berkehendak menaikkan
kelas kedua murid tersebut. Sementara pak Amir tetap berpegang teguh pada
prinsip dan pendiriannya. Untuk ini ia tidak hanya berhadapan dengan kepala sekolah,
tetapi juga dengan istrinya sendiri. Coba kita simak saja kutipan berikut:
Pak coba baca kembali surat kepala sekolah
yang baru, “Bu Amir mengingatkan”. Dalam surat itu disebutkan, bahwa kedua
orang tua Theo dan Syah sudah dua kali mengunjungi bapak kepala sekolah. Masa
bapak tidak mengerti maksud beliau?”
“Ya, aku mengerti, tetapi bagaimana
mungkin aku mengubah kenyataan menjadi sesuatu yang fantastis, Bu?”
“Kompromi, kompromilah Pak, kalau
mau selamat.”
“kompromi kepada siapa Bu?”
“bapak terlalu polos, terlalu lugu,
tidak dapat membaca situasi.” Istrinya kesal.
“Apa maksudnya?”
“Ya Allah, bapak! Surat dari kepala
sekolah itu sudah kode, pak!”
“aku mengerti itu, bu, tetapi aku
menolak.”
Memang walau bagaimanapun Pak Amir
tetap menolak untuk menaikkan kelas kedua murid tersebut. Di luar sepengetahuan
pak Amir, ternyata kepala sekolah menaikkan kelas kedua murid tersebut. Melihat
kenyataan ini apa tindakan pak Amir? Kutipan berikut menunjukkan jawabannya:
Kepala sekolah tercengang-cengang
setelah membaca surat yang ditinggalkan pak Amir. Matanya membelalak. Bibirnya
menggetar dan sekujur tubuhnya dingin.
“pak guru Amir meminta berhenti?”,
dia seperti tidak percaya. Surat singkat itu dibacanya sekali lagi. “mulai hari
ini saya mengundurkan diri dari sekolah karena kesehatan saya tidak
memungkinkan lagi untuk menjadi guru.”
Dari ilustrasi tersebut tampak bahwa
usaha manusia untuk memenuhi tanggung jawab, sebagaimana yang dituntut oleh
profesinya. Kadang-kadang tidak bisa berjalan dengan mudah. Tidak jarang usaha
tersebut memperoleh hambatan-hambatan tertentu yang datang dari pihak lain,
kendati tekad untuk memenuhi tanggung jawab itu sendiri sudah sedemikian
kuatnya. Dan kadang-kadang pula, hambatan itu begitu menggetarkan hati yang
mengalaminya.
Tanggung jawab manusia terhadap
dirinya sendiri pada hakikatnya tidak mengenal jenis kelamin, angka usia,
status maupun kedudukannya. Namun tanggung jawab tersebut boleh dibilang
terkena pada setiap orang. Jadi bersifat universal. Dan sebagai manifestasi dan
upaya pemenuhan tanggung jawab tersebut manusia berusaha mencari makan, bekerja,
merncari teman, menjaga kesehatan dan lain sebagainya.
Berbicara tentang tanggung jawab
manusia terhadap dirinya sendiri, kita seringkali tergelitik oleh berbagai
cerita tentang anak-anak usia sekolah yang terpaksa bekerja keras membanting
tulang demi biaya hidup, sekolah, dan demi cita-citanya. Cerita-cerita boleh
jadi realistik. Disetiap jalan, lorong kampung, depot-depot kecil, dan terlebih
lagi di perempatan-perempatan jalan, boleh jadi sudah merupakan pemandangan
yang umum apabila kita melihat anak-anak dengan seragam sekolah menjajakan
koran, majalah, dan semacamnya. Dan para seniman, sesuai kapasitasnya
masing-masing tidak jarang mencoba mengangkat kenyataan-kenyataan tersebut
dalam karya-karya seninya.[8]
G. Pentingnya
Mewujudkan Rasa Tanggung Jawab
Pentingnya mweujudkan rasa tanggung jawab dalam diri
seseorang adalah agar orang tersebut tidak mengalami kegagalan atau kerugian
untuk dirinya maupun orang lain.karena dengan adanya tanggung jawab, kita akan
mendapatkan hak kita seutuhnya. Tanggung jawab erat kaitannya dengan kewajiban.
Kewajiban adalah sesuatu yang dibebankan terhadap seseorang. Kewajiban
merupakan bandingan terhdap hak, dan dapat juga tidak mengacu kepada hak. Maka
tanggung jawab dalam hal ini adalah tanggung jawab terhadap kewajibannya.
Status dan peranan menentukan kewajiban seseorang.
Kewajiban dibagi menjadi dua bagian, yaitu: kewajiban
terbatas dan kewajiban tidak terbatas. Problema utama yang dirasakan pada zaman
sekarang, sehubungan dengan masalah tanggung jawab, adalah berkaratnya atau
rusaknya perasaan moral dan rasa hormat diri terhadap pertanggung jawaban.
Menurut sifat dasarnya manusia adalah makhluk bermoral
tetapi manusia juga seorang pribadi karena merupakan seorang pribadi maka
manusia mempunyai pendapat sendiri, itulah sebabnya manusia berbuat dan
bertindak. Dalam hal ini manusia tak luput dri kesalahan, kekeliruan baik
disengaja maupun tidak. Oleh karena itu, dalam hal ini manusia harus
bertanggung jawab baik pada dirinya sendiri, keluarga, masyarakat, dan Tuhan.
Dalam UUD no. 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan
nasional disebutkan bahwa tujuan pendidikan adalah berkembangnya potensi
peserta didik agar menjadi manusia beriman dan bertakwa terhadap Tuhan Yang
Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi
warga negara demokratis serta bertanggung jawab.
Cara membangun sikap tanggung jawab yaitu diantaranya:
Disiplin diri merupakan suatu siklus kebiasaan yang kita
lakukan secara berulang-ulang dan terus-menerus secara berkesinambungan
sehingga menjadi suatu hal yang biasa kita lakukan. Sikap disiplin dapat
mengantarkan seseorang pada jalan kesuksesan, karena orang yang berdisiplin
akan bersikap teguh dalam menjalani niat dan cita-cita yang ingin diraihnya. Berikut
merupakan cara menjadi orang yang betanggung jawab:
1.
Ketahuilah
bahwa tanggung jawab berhubungan dengan kewajiban bukan hak. Jika seseorang
merasa ragu saat ingin memberikan rasa tanggung jawab yang lebih besar terhadap
anda, munkin karena selama ini anda kurang peduli dalam memenuhi kewajiban yang
menjadi tanggung jawab anda.ini adalah karakter orang-orang yang tidak
bertanggung jawab. Mereka hanya mau melakukan hal-hal baru selama masih cukup
menantang dan menyenangkan. Setelah itu, mereka akan patah semangat karena
kehilangan minat.
2.
Buktikan
bahwa anda dapat melakukan hal kecil dengan baik sehingga pantas menerima
tanggung jawab yang lebih besar, baik ditempat kerja, di sekolah, atau saat
mengikuti kegiatan ekstrakulikuler.
3.
Jangan
menyalahkan orang lain saat menghadapi masalah. cara lain untuk menerima
tanggung jawab adalah dengan berhenti menyalahkan orang lain.
4.
Berhentilah
mengeluh. Mengeluh adalah perbuatan sia-sia yang biasa dilakukan oleh
orang-orang yang tidak bertanggung jawab. Mengeluh adalah cara lain untuk
menyalahkan kehidupan karena masalah yang anda alami, mengmbil alih inisiatif
untuk mencari tau apa yang bisa anda ubah.setiap kali mulai mengeluh, ingatkan
diri sendiri agar segera berhenti dan mengatakan hal yang positif. anda akan
terkagum-kagum betapa besarnya pengaruh kebiasaan ini dalam mengubah pola
pikir.[9]
H. Ayat
Al-Quran yang berhubungan dengan Tanggung Jawab
a.
Tanggung
jawab terhadap Tuhan, yaitu Tuhan yang menciptakan manusia di bumi ini bukanlah
tanpa tanggung jawab, melainkan untuk mengisi kehidupannya manusia mempunyai
tanggung jawab langsung terhadap tuhan, sehingga tindakan manusia tidak lepas
dari hukuman-hukuman tuhanyang dituangkan dalam kitab suci al-quran sebagaimana
disebutkan dalam Q.S At-tahrim : 6
Artinya
: “ hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api
neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu, penjaganya
malaikat-malaikat yang kasar, yang keras, yang tidak mendurhakai Allah terhadap
apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka yang selalu mengerjakan apa yang
diperintahkan-Nya.”
b.
Q.S
An-Nisa : 36
Artinya
: “ Dan sembahlah Allah dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan
sesuatupun. Dan berbuat baiklah kepada dua orang ibu bapak, karib kerabat,
anak-anak yatim, orang-orang miskin, tetangga yang dekat dan tetangga yang
jauh, dan teman sejawat, ibnu sabil dan hamba sahaya. Sesungguhnya Allah tidak
menyukai orang-orang yang sombong dan membangga-banggakan diri.
Ayat
tersebut menjelaskan fungsi keluarga dan tanggung jawab terhadap keluarga,
yaitu menjaga kelangsungan hidup keluarga dari kepunahan dengan car menyiapkan
generasi penerus yang lebih kuat, baik fisik maupun mentalnya. akhir ayat ini
menganjurkan kepada orang tua untuk memperlakukan semua anggota keluarga dengan
teguh atau ucapan-ucapan yang baik yang menunjukkan sikap kasih sayang dan
mendidik.
c.
Hadist
tentang tanggung jawab manusia terhadap keluarga dan masyarakat.
Artinya:
Dari Abdullah bin Umar ra. Ia berkata: saya mendengar Rasulullah saw. Bersabda:
“setiap kamu adalah pemimpin dan bertanggung jawab atas apa yang dipimpinnya.
Imam adalah pemimpin dan bertanggung jawab atas rakyatnya. Lelaki adalah
pemimpin dalam keluarganya dan bertanggung jawab atas anggota keluarganya. Dan
seorang perempuan adalah pemimpin dalam rumah tangga suaminya, dan ia
bertanggung jawab atas semua anggota keluarganya. Seorang pembantu adalah pemimpin
bagi harta majikannya, dan ia bertanggung jawab atas keselamatan dan keutuhan
hartanya.” Abdullah berkata: “Aku mengira Rasulullah mengatakan pula bahwa
seorang adalah pemimpin bagi harta ayahnya dan bertaggung jawab atas
keselamatan dan keutuhan hartanya itu. Semua kamu adalah pemimpin dan
bertanggung jawab atas yang dipimpinnya.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Hadist tersebut menjelaskan bahwa pada hakikatnya manusia
itu adalah pemimpin bagi segala hal yang ada di bawah wewenangnya sesuai dengan
tingkat dan kedudukan masing-masing, mulai dari pemimpin formal sampai dengan
pemimpin yang non formal. Dengan demikian, semua orang harus mempertanggung
jawabkan segala sesuatu yang menjadi tanggung jawabnya. Disebutkan dalam hadist
tersebut umpamanya seorang pembantu adalah pemimpin bagi harta majikannya.[10]
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Orang yang bertanggung jawab adalah
orang yang berani mengambil resiko atas tindakan atau perkataan yang telah
dibuatnya. Orang yang bertanggung jawab akan terbiasa untuk jujur. Budayakanlah
tanggung jawab dalam kehidupan bermasyarakat, berkeluarga ataupun kehidupan
lainnya.
Seseorang akan bertanggung jawab dengan
adanya kesadaran atau adanya pengertian atas segala perbuatan atau akibat atas
kepentingan pihak lain. Timbulnya tanggung jawab justru karena manusia itu
hidup bermasyarakat dan hidup dalam lingkungan alam. Manusia tidak boleh
berbuat semaunya, segala hal yang dilakukan terikat oleh norma.
Manusia itu berjuang memenuhi
keperluannya sendiri atau keperluan pihak lain. Untuk itu dia menghadapi
manusia lain dalam masyarakat atau menghadapi lingkungan alam. Dalam usahanya
itu manusia juga menyadari bahwa adanya dorongan lain yang ikut menentukan
yaitu kekuasaan Allah SWT.devngan demikian tanggung jawab dapat dibedakan
menjadi: Tanggung jawab terhadap diri sendiri, tanggung jawab terhadap manusia
dan masyarakat, tanggung jawab terhadap lingkungan, dan tanggung jawab terhadap
Allah SWT.
Pengabdian adalah perbuatan baik yang
berupa pikiran pendapat ataupun tenaga sebagai perwujudan kesetiaan. Timbulnya
pengabdian pada hakikatnya adanya rasa tanggung jawab. Pengabdian dapat
dibedakan menjadi: pengabdian kepada keluarga, pengabdian kepada masyarakat,
pengabdian kepada negara, dan pengabdian kepada Allah SWT.
Perbedaan
antara pengertian pengabdian dan pengorbanan tidaklah begitu jelas. Karena
adanya pengabdian tentu adanya pengorbanan. Pengorbanan merupakan akibat dari
pengabdian. Pengorbanan dapat berupa harta benda, pikiran, perasaan, bahkan
dapat juga berupa jiwa atau nyawa.
B. Saran
Sebagai seorang makhluk ciptaan Allah
SWT hendaknya kita dapat memahami rasa tanggung jawab dan dapat mengaplikasikan
dalam kehidupan sehari-hari. Dalam kehidupan bermasyarakat, seorang manusia
tidak boleh hidup semaunya, semua harus sesuai dengan norma-norma yang berlaku
tentunya menurut ajaran agama Islam guna mencapai kemakmuran dan ketentraman
hidup
Wujud tanggung jawab terdapat berbagai
macam makna yang didalamnya mengandung pengertian adanya kewajiban untuk
berbuat sesuatu. Oleh karena itu, manusia berkewajiban untuk membuat sesuatu
yang menjurus kepada pengabdian, kesadaran akan hak, kewajibannya dan akhirnya
wajib berkorban demi cintanya kepada keluarga, bangsa, negara, agama, serta
lingkungannya.jadi disamping tanggung jawab perlu pula diwujudkan suatu
tindakan dimana pengabdian, pengorbanan dan kesadaran akan semua hal yang perlu
diwujudkan.
DAFTAR PUSTAKA
Al-Quranul dan
Terjemahannya, Kementerian
Agama Republik Indonesia.
Ratna Dwi.
2009. Kamus Ensiklopedi Umum Bahasa
Indonesia. Bandung: PT Prakarya.
Lies Sudibyo.
2013. Ilmu Sosial Budaya Dasar.
Yogyakarta: CV Andi.
Subanim. 2006. Ilmu
Sosial Budaya. Bandung: Rineka Cipta.
Hartati. 2008. Ilmu
Sosial Budaya Dasar. Bandung: PT Rahakarya.
Nuri Handayani. 2007. Ilmu
Budaya. Surabaya: Usaha Nasional.
Sofiadningsih. 2006.
Ilmu Budaya Jilid 1. Yogyakarta: PT Radika Nasional.
Mustaqim,dkk. Al-Quran
dan Hadist. Bandung: Alfabeta.
[1] Ratna
Dwi, Kamus Ensiklopedi Umum Bahasa
Indonesia, PT Prakarya, Bandung, 2009, hal 143.
[2] Lies
Sudibyo,dkk., Ilmu Sosial Budaya Dasar, CV
Andi, Yogyakarta, 2013, hal 103.
[3] Lies
Sudibyo,dkk., Ilmu Sosial Budaya Dasar, CV
Andi, Yogyakarta, 2013, hal 104.
[4] Subanim, Ilmu Sosial Budaya, Rineka Cipta, Jakarta, 2006, hal 107.
[5] Hartati, Ilmu Sosial Budaya Dasar, PT Rahakarya, Bandung, 2008, hal 105-107.
[6] Nuri Handayani, Ilmu Budaya, Usaha Nasional, Surabaya, 2007, hal 102-103.
[7] Sofiadningsih,
Ilmu Budaya Jilid 1, PT Radika
Nasional, Yogyakarta, 2006, hal 96-99.
[8] Suratna,
Ilmu Sosial Budaya, PT Radmaja
Widyana, Yogyakarta, 2002, hal 67.
[9] Sofiadningsih,
Ilmu Budaya Jilid 1, PT Radika
Nasional, Yogyakarta, 2006, hal 102-103
[10] Mustaqim,dkk.,
Al-Quran dan Hadist, Alfabeta, 2003, hal 32.